Pentingnya Kesehatan Mental bagi Generasi Z

 

Pentingnya Kesehatan Mental bagi Generasi Z

 

                Begitu banyak orang yang berpikir bahwa orang yang sehat adalah ketika orang tersebut sehat secara fisik. Akan tetapi, terdapat aspek lain yang sebenarnya sangat penting untuk kita terutama pada para remaja menciptakan Z yaitu kesehatan mental. 

Pada zaman yang begitu modern seperti sekarang ini setiap individu benar-benar mengalami gangguan mental. Jika kesehatan mental sudah terganggu, orang akan  mengalami gangguan suasana hati atau yang sekarang lebih kita kenal dengan moody. Selain itu, kemampuan berpikir juga turut menurun, bahkan hingga menimbulkan tindakan yang dapat mengarah pada perilaku yang buruk. Pembicaraan tentang kesehatan mental di era saat ini sangat perlu dibahas, belum lagi saat ini sedang ada pandemi Covid-19 dimana semua orang untuk karantina mandiri dan menjaga jarak dengan orang lain.

Gangguan mental   dapat menyerang berbagai usia, namun yang akan kita soroti saat ini adalah mengenai kesehatan mental generasi Z. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan data prevalensi gangguan mental pada usia di atas 15 tahun mencapai 6% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 14 juta orang. Selain itu, survei yang dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa setiap detik terdapat satu orang yang melakukan bunuh diri di seluruh dunia. Bahkan, bunuh diri menjadi penyebab kematian terbesar kedua pada usia 15-29 tahun. Berikut ini adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan gangguan mental:

1.Beban pikiran

Perubahan zaman menuju digitalisasi menuntut setiap orang untuk menyesuaikan diri. Banyak dari menciptakan Z yang merasa terbebani dengan segala perubahan yang terjadi. Akibatnya, banyak orang yang tidak terganggu pikirannya, mereka merasa takut segala kemungkinan yang mungkin akan menimpanya atau kita kenal dengan overthingking. Tak heran, jika menurut WHO, anak muda zaman sekarang khususnya menciptakan Z sangat rentan akan penyakit mental. Salah satu yang sering dipikirkan secara berlebihan adalah bagaimana masa tinggal apalagi masalah ekonomi.

2.Kecanduan gawai

Sekarang ini semua serba digital, dawai menjadi salah satu barang yang tidak bisa lepas dari genggaman kita saat beraktivitas sehari-hari. Kita tahu bahwa gawai merupakan suatu barang yang bisa mempermudah berbagai hal, tetapi, tren saat ini menunjukkan bahwa banyak dari menciptakan  Z mengalami kecanduan terhadap penggunaan dawai.  Sebuah penelitian yang dilakukan Sari dan Prajayanti pada tahun 2017 menunjukkan bahwa pengguna game online melalui gawai dan telah mengalami ketergantungan gawai di Indonesia tahun 2017 terindikasi sejumlah 6 juta dengan pengguna remaja kurang lebih 40% Kecanduan tentu tidak baik untuk kesehatan fisik dan juga jiwa. Ditambah dengan media sosial yang menambah beban pikiran yang terkait dengan gaya hidup ideal yang sejatinya tidak ditambah.

3. Aktivitas yang berlebihan

Tuntutan kehidupan semakin banyak, belum lagi persaingan yang semakin ketat membuat banyak orang jadi memforsir dirinya untuk terus bekerja. Banyak orang, terutama menciptakan Z takut bagiamana kehisupannya dimasa depan apalagi dari segi ekonomi. Aktivitas yang dilakukan secara berlebihan yang akan menguras habis pikiranmu. Apalagi jika tidak diimbangi dengan istirahat yang cukup. Sehingga, tidak hanya lelah secara fisik, tapi juga otakmu pun akan mengalami bencana. Jika sudah terjadi dalam jangka waktu yang lama, hal ini menjadi salah satu pemicu terjadinya penyakit mental.

4. Stigma negatif terhadap penyakit jiwa

Banyak dari remaja menciptakan Z yang sudah sadar bahwa mungkin saja kesehatan mentalnya tidak memerlukan bantuan psikolog atau bahkan dokter kejiwaan. Akan tetapi, begitu banyaknya stigma negatif mengenai kesehatan jiwa se sering membuat orang merasa malu bahkan takut untuk melakukan konsultasi dan pengobatan ke layanan psikolog profesional. Kebiasaan masyarakat awam yang langsung menghakimi orang yang mengidap penyakit mental sebagai orang yang kurang waras juga memberikan pengaruh yang cukup besar. Inilah yang akhirnya membuat orang-orang justru memendam terus masalah yang mereka hadapi tanpa diberi pertolongan yang diatur sesuai mereka.

 

Cara mengelola gangguan mental

Menurut Mariani Lasmaida Pasaribu, S.Psi seorang psikolog yang juga aktif dalam kegiatan sosial tentang kesehatan mental cara untuk mengelola kesehatan mental adalah dengan selalu merasa baik dimana maksudnya adalah dengan membuat hal yang membuat bahagia. Hal tersebut harus sederhana dan konkret, bukan hal yang abstrak. Misalnya, bahagia saat chat dibalas atau bahagia saat menang main game. Adanya rasa bahagia ini akan membatasi harapan untuk bangkit dan semangat. Langkah berikutnya adalah terus belajar dan memperhatikan. Bukan hanya tidak boleh menutup diri untuk belajar, kita juga tidak boleh menutup diri dari lingkungan. Sedangkan cara untuk mencegah terganggunya mental adalah dengan menemukan esensi baru tentang diri kita dan menjalani bidang keahlian kita, lalu buat tujuan jangka pendek terlebih dahulu.

 

DAFTAR PUSTAKA

Chaidiman, dkk. 2019. Fenomena Kecanduan Penggunaan Gawai ( Gadget ) pada Kalangan Remaja Suku Bajo. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Holistik. 2 (2). 34-35

Mubasyiroh, Rofingatul, dkk. 2017. Penentuan Gejala Mental Emosional Pelajar SMP-SMA di Indonesia Tahun 2015. Buletin Penelitian Kesehatan. 45 (2). 103-112

            Dewi, Kartika Sari. 2012. Buku Ajar Kesehatan Mental. Semarang: UPT UNDIP Press Semarang.

Al Ayouby, MH (2017). Dampak penggunaan gadget pada anak usiadini: Studi di PAUD dan TK Handayani Bandar Lampung . Universitas Lampung.

Aziz, A. (2016). Handphone mempengaruhi perilaku remaja SLTP (13-15 Tahun) di Dusun Tegalpare Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran HukumIslam , VII (2), 352-377.

Komentar

Postingan Populer